Agnostik, Pilihan Terbaikku

Ingin keluar dari gelar Theis, lalu apakah pilihannya mutlak kepada golongan Atheis?
Saya pribadi menganggap Theis dan Atheis itu sama. Sama-sama memiliki keberpihakan dan keyakinan tertentu. Dan saya tidak ingin hal itu.

Golongan netral adalah yang saya cari. Namun, apakah memang ada golongan seperti itu?




Apa itu Agnostic ?

Secara Etimologi, Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein (artinya "tahu; mengetahui") dan a (artinya "tidak"). Arti harfiahnya "seseorang yang tidak mengetahui".
Agnostisisme bukan sinonim dari ateisme.


Namun, idelanya, Agnostic merupakan pandangan mengenai keberadaan Tuhan, dewa, dan lainnya yang belum dapat di jelaskan dengan akal pikiran manusia yang terbatas.  Oleh karena itu, Agnostic menganggap bahwa manusia saat ini tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan dan/atau alasan untuk memberikan landasan secara rasional yang cukup untuk membenarkan keyakinan bahwa dewa/tuhan baik melakukan atau tidak ada. Dalam kedua hal ini maka agnostikisme mengandung unsur skeptisisme.


Jenis Agnostik

Agnostisisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori, beberapa di antaranya dapat diperdebatkan. Variasinya termasuk:

Agnostik ateisme
Pandangan mereka yang tidak percaya pada keberadaan dewa/Tuhan apapun, tetapi tidak mengklaim tahu apakah dewa itu ada atau tidak ada. [15]
Agnostik teisme
Pandangan mereka yang tidak mengaku tahu konsep keberadaan dewa/Tuhan apapun, tapi masih percaya pada keberadaan tersebut.[15]
Apatis atau agnostisisme pragmatis
Pandangan bahwa tidak ada bukti baik ada atau tidaknya dewa/Tuhan apapun, tapi karena setiap dewa yang mungkin saja ada itu dapat bersikap tidak peduli kepada alam semesta atau kesejahteraan penghuninya, pertanyaan ini lebih bersifat akademik.[16]
Agnostisisme kuat (juga disebut "keras", "tertutup", "ketat", atau "agnostisisme permanen")
Pandangan bahwa pertanyaan tentang ada atau tidak adanya dewa/Tuhan, dan sifat realitas tidak dapat diketahui dengan alasan ketidakmampuan alamiah kita untuk memverifikasi pengalaman dengan apapun selain pengalaman subyektif lain. Seorang penganut agnostik kuat akan mengatakan, "Saya tidak bisa tahu apakah dewa itu ada atau tidak, begitu juga kamu."
Agnostisisme lemah (juga disebut "lunak", "terbuka", "empiris", atau "agnostisisme duniawi")
Pandangan bahwa ada atau tidaknya setiap dewa saat ini tidak diketahui, tetapi belum tentu untuk kemudian hari, sehingga orang akan menahan penilaian sampai muncul bukti yang menurutnya bisa menjadi alasan untuk percaya. Seorang penganut agnostik lemah akan berkata, "Saya tidak tahu apakah ada dewa ada atau tidak, tapi mungkin suatu hari, jika ada bukti, kita dapat menemukan sesuatu."
---------------------------------------
Mengapa Memilih Agnostic ?

1. Atheis bukan termasuk pilihan menyenangkan

Lepas dari Theis pasti kebanyakan orang langsung menuding saya pasti menjadi atheis.
Namun, Theis, Atheis dan Agnostic mempunyai perbedaan mendasar yaitu pada apa yang mereka nyatakan / Claim.

Theis percaya dan menyakini adanya Tuhan. Atheis percaya bahwa tuhan tidak ada. Sedangkan Agnostik akan menjawabnya "Saya belum tau"

Biarkan saya beri contoh seperti ini. Jika Ada sebuah kotak tertutup dan Theis, Atheis serta Agnostic diberikan kesempatan untuk menebak apa isinya, pasti seperti ini jawabannya:
Theis       : "Saya yakin di dalam kotak itu Naga Berkepala Tiga ! "
Atheis      : "Saya tidak percaya dalam kotak itu Naga Berkepala Tiga. Tidak ada makhluk seperti itu ! "
Agnostic  : "Saya tidak tau. Biarkan saya melihatnya langsung. Jika tetap tidak boleh melihat, yasudah, saya tidak ingin ikut memberikan jawaban. Karena saya tidak ingin meyakinin sesuatu yang belum pasti"

Kira-kira seperti itulah pola pikir orang Agnostic. Ya memang, jika dilihat dari jenisnya, agnostic bisa membaur pada kedua golongan. Tidak ada golongan yang benar-benar netral. Tapi pun saya tidak mungkin menjadi satu-satunya manusia yang tidak memiliki sebutan. Sampai dengan saat ini, saya menyukai pola pikir dan prinsip agnostic. Dan saya menghargai posisi agnostic sebagai pihak netral, bahkan bisa dikatakan penyeimbang.

Oleh karena itu, saya pun memilih untuk menjadi seorang yang Agnostic. 
So, wellcome again in my Blog.
Theis maupun Atheis, saya adalah sahabat anda semua.

Blog ini bukan sebagai cacian maupun pembenaran atas apa yang saya yakini, karna saya pada prinsipnya tidak menyatakan keyakinan apapun.
Sehingga anda semua bisa bebas mengkases dan memberikan komentar maupun masukan terhadap blog ini.


8 komentar:

  1. Artikel keren, aki juga agnostik. Tapi, banyak juga kendala sperti lingkungan yang konservatif, orang tua ku sering memaksa ku untuk ikut kegiatan keagamaan, dimana hal itu mmbuat ku sangat tidak nyaman. Apakah aku harus pergi dari rumah?

    BalasHapus
  2. Hello, saya juga agnostik, tapi lebih ke agnostik teis. Kalau masalah kegiatan keagamaan menurut saya tetap jalani saja, anggap saja sebagai makanan spiritual, tapi tetap kritis dalam berfikir, kalau ada dokrin2 yang gak masuk akal anggap saja itu sudut pandang "mereka", bukan "kita", sebagai agnostik kita itu penengah, jadi tetap bertindak dalam damai/kasih, karena Tuhan itu sendiri adalah Kasih (menurut saya pribadi) :)

    BalasHapus
  3. Salam kenal. Saya juga seorang agnostik. Senang rasanya mengetahui bahwa saya tidak sendirian di negeri ini.

    BalasHapus
  4. salam kenal. awalnya aku pikir aku adalah seorang agnostik tp setelah penjelasan anda kok saya jadi gak yakin ya... saya percaya ada semacam kekuatan yang mengatur alam dan mahluk hidup. tapi saya ragu dengan agama. disamping itu saya juga kurang suka dengan penggambaran Tuhan dalam kitab suci. Tuhan terlihat seperti sosok yang kejam dan hanya mengasihi orang2 dari kelompok tertentu. saya hanya mempercayai sosok Tuhan yang saya yakini yaitu seorang yang penuh kasih dan harapan. tidak kejam dan tidak membeda-bedakan. kira-kira saya ini penganut paham apa ya? mohon pencerahannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mba itu penganut deistm, sama seperti saya. percaya akan adanya kasih tuhan tapi tidak percaya dengan dogma dogma agama

      Hapus
  5. Seperti Gina Wink, saya percaya keberadaan Tuhan tapi tidak percaya agama. Saya melihat Tuhan yang saya percayai justru berseberangan dengan dogma di dalam agama saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, saya juga berpikir sama seperti bro Rommy... kirain saya sendiri, tapi sampai detik ini saya takut ketahuan klo sy agnostik, sy masih takut dengan penilaian2 orang lain

      Hapus
  6. saya juga agnostik.. menurut saya di semesta ini ada sesuatu yang tingkatannya paling tinggi.. tapi saya tidak percaya agama manapun. dan saya sudah jadi agnostik sejak kelas 6 sd sekarang saya kelas 12 SMA. sulit sekali untuk menjadi diri sendiri di tengah keluarga yang religius, saya dipaksa berpuasa padahal saya bingung gunanya puasa itu apa.. dan itu selalu membuat saya risih.

    BalasHapus